NIKMATI PERJALANANNYA SELAGI NBISA DAN SENIKMAT MUNGKIN

5 landmark kota semarang

5 landmark kota semarang

Biasanya wisatawan berburu landmark kota sebagai tanda eksis. Kalau mampir Semarang, berikut lima penanda kota yang valid sebagai latar belakang foto narsis.

1. Simpang Lima
Simpang Lima dikenal sebagai alun-alun kota Semarang. Nama aslinya, Lapangan  Pancasila. Dulu, alun-alun Semarang terletak di Kawasan Kauman, yang kemudian berkembang sebagai sentra perbelanjaan. Atas usul presiden Soekarno lah  Lapangan Pancasila dijadikan alun-alun kota.
Simpang lima semarang

Simpang Lima mengacu pada lima jalan utama Semarang yang bertemu di alun-alun sebagai titik tengah. Sebagai alun-alun kota, denyut kehidupan Simpang Lima mulai berdetak cepat saat sore menjelang. Begitu juga di akhir pekan. Simpang Lima menjadi tempat interaksi antar warga Semarang. Dulu, pedagang kaki lima menyemut di sekitar Simpang Lima. Menawarkan ragam dagangan  mulai dari mendoan, teh poci, hingga jasa meramal nasib. Usai peremajaan akhir 2011, Simpang Lima kini hadir sebagai ruang publik yang tergolong nyaman, dikelilingi mal dan hotel, sentra komersial Semarang.
Trotoar bundaran Simpang Lima dipasang keramik cantik, membentang lebar hingga 8 meter. Yang kini ramai ialah permainan sepatu roda/inline skate dan scooter/otoped untuk anak-anak. Bisa bawa perlengkapan sendiri, atau menyewa ditempat. Tarif sewa sepatu roda rata-rata Rp 15 ribu per jam, tergantung model. Sedangkan scooter disewakan dengan tarif Rp10 ribu per jam.
Sepatu roda di simpang lima
Yang ingin sekadar duduk-duduk, silahkan saja. Pohon-pohon yang ditanam memutari lapangan cukup menurunkan suhu kota pelabuhan ini. Jalur batu untuk pijat refleksi kaki pun tersedia. Plus toilet umum yang cukup bersih. Jika ke Semarang, jangan lewatkan Simpang Lima, landmark penting kota ini. Selain itu, Simpang Lima ialah tempat yang tepat untuk mulai berinteraksi dengan warga lokal. Sekaligus titik tepat untuk melanjutkan penjelajahan berikutnya.


2. Lawang Sewu – Tugu Muda
Lawang sewu berarti 1000 pintu. Dinamai begitu karena memang banyak pintu pada gedung yang dibangun 1904-1907 itu. Namun faktanya jumlah pintu Lawang Sewu tak genap 1000.  Selain jumlah pintu yang berjibun, Lawang Sewu terkenal karena sarat mitos dan cerita horor. Banyak  paranormal, produser program televisi tayangan misteri ataupun orang-orang pecandu “kisah-kisah setan” yang akhirnya datang ke Lawang Sewu.
Lawang sewu semarang
Salah satu cerita horor yang paling beken tentang Lawang Sewu ialah banyaknya arwah gentayangan, hantu para tahanan perang masa pendudukan Jepang yang disiksa habis-habisan. Meski begitu, belum ada tur khusus mengenai misteri seperti hal nya ‘ghost tour’ yang sering jadi jualan wisata negara-negara di Eropa.
Kelar direnovasi sejak Juli 2011, Lawang Sewu seolah opa yang perlente. Namun hawa horor tak lantas pergi dari bangunan cantik bergaya art deco itu. Banyak spot bagus untuk diabadikan,  mulai dari bingkai jendela, lorong barisan pintu hingga kaca patri yang elegan. Sayang, tak tersisa lagi perabotan.
Kaca patri lawang sewu
Tiket masuk menikmati arsitektur indah bekas kantor kereta api ini hanya Rp5000 saja. Tapi, jika ingin menghayati suasana masa lalu, silahkan bertandang ke ruang bawah tanah dengan membayar tiket Rp10 ribu. Lawang Sewu buka setiap hari, mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.
Untuk mencapai Lawang Sewu dari Simpang Lima, ambil jalan Pandanaran. Jalan ini berada di sisi kanan Masjid Baiturrahman Simpang Lima. Telusuri saja jalan besar yang banyak ditempati toko-toko penjual oleh-oleh bandeng presto khas Semarang itu. Lurus terus hingga tampak Tugu Muda. Perhatikan sisi kanan tempat Lawang Sewu berada.


3. Gereja Belenduk
Nama asli gereja ini, sesuai yang terpampang, ialah Gereja GPIB Immanuel. Namun, warga lokal lebih familiar dengan nama Gereja Belenduk, mengacu pada bentuk kubah yang membulat gemuk (belenduk).
Gereja Belenduk merupakan gereja umat kristen protestan. Terletak di  Jalan Letjend Suprapto No 32, Semarang, di kawasan Kota Lama Semarang. Dulu, jalan itu bernama Heerenstart. Gereja Belenduk dibangun tahun 1753 dengan nama Koepelkerk. Tapi saat itu, bentuk gereja ialah rumah panggung Jawa. Barulah pada 1787, rumah panggung Jawa dirombak total.
Versi Gereja Belenduk masa kini, dengan atap kubah beserta dua menara di sisi kiri dan kanan gereja merupakan rombakan tahun 1894. Hingga kini, salah satu gereja tertua di Pulau Jawa ini masih digunakan sebagai tempat ibadah setiap hari Minggu.
Gereja blenduk semarang
Gereja Belenduk bisa dikunjungi wisatawan yang ingin melihat interior di dalam gereja. Harga tiket Rp10 ribu. Gereja ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB, kecuali saat Gereja Belenduk digunakan untuk pemberkatan pernikahan. Pada hari Minggu, jam kunjung wisatawan dibatasi, yaitu pukul 13.00-16.00 WIB. Sebab pada Minggu pagi, Gereja Belenduk digunakan sebagai tempat kebaktian umat kristen protestan.
Orgel cantik koleksi Gereja Belenduk merupakan sasaran foto favorit pengunjung. Kubah yang terbuat dari tembaga, deretan bangku jemaat yang merupakan versi orisinil hingga pintu ganda panel kayu dan bingkai jendela gereja ialah spot cantik yang bisa diabadikan.
Dari Tugu Muda, arahkan perjalanan menuju Pasar Johar melalui Jalan Pemuda, jalan besar di sisi kanan Lawang Sewu. Banyak tersedia angkutan umum dan bis kota. Sampai Pasar Johar, jalan sedikit atau naik becak ke Gereja Belenduk.


4. Kelenteng Sam Poo Kong (Cheng Ho)
Banyak yang menyebut Kelenteng Sam Poo Kong sebagai Kelenteng Cheng Ho. Konteks kelenteng yang disematkan pada sosok Cheng Ho mungkin agak membingungkan, mengingat penjelajah Tiongkok era 1405 – 1433 itu ialah seorang muslim.
Di Surabaya, ada masjid Cheng Ho, yang menandai sejarah keberadaan Cheng Ho di sana. Begitu juga di Palembang dan Pasuruan. Tapi di Semarang, bukan masjid yang dibangun untuk menandai petilasan Cheng Ho, melainkan kelenteng.
Kompleks kelenteng Sam Poo Khong terletak di kawasan Gedong Batu, Semarang. Terdapat patung Laksamana Cheng Ho dalam ukuran jumbo di pelataran. Namun, bukan patung itu yang menjadi bagian paling penting, melainkan Gua Sam Poo Khong dan Kelenteng Besar. Gua Sam Poo Khong menjadi istimewa karena gua itu lah yang diyakini sebagai petilasan Cheng Ho ketika awak kemudi armada kapalnya sakit keras. Gua berdinding batu ini juga memiliki sumber mata air yang tidak pernah kering. Selain itu ada Kelenteng Tho Tee Kong dan empat tempat pemujaan di kompleks ini.
Sam po kong semarang
Hingga saat ini Kelenteng Sam Poo Khong  yang merupakan tempat peribadatan umat Tri Dharma terbesar di Semarang, masih aktif digunakan untuk peribadatan. Namun, kelenteng ini juga terbuka untuk umum. Baik untuk merapal doa, membaca nasib atau sekadar berfoto ria. Kelenteng buka pagi hari mulai pukul 06.00 WIB dan baru tutup 23.00 WIB. Tiketnya Rp3 ribu untuk masuk kompleks kelenteng dan Rp20 ribu untuk masu bangunan kelenteng.
Menuju kelenteng Cheng Ho dari Tugu Muda, mudah saja. Pilih jalan lurus menuju Bandara A.Yani sampai menemukan  Bundaran Kali Banteng lalu lanjutkan ke jalan Pamularsih atau arah Solo. Kelenteng Cheng Ho terletak tak jauh dari titik itu.


5. Masjid Agung Semarang
Masjid Agung Semarang dibangun selama 5 tahun dan diresmikan tahun 2006. Bangunannya megah, menempati areal sekitar 10 hektar. Sedangkan pelataran masjid seluas 7500 meter persegi dilengkapi 6 payung raksasa yang otomatis membuka dan menutup, mirip milik Masjid Nabawi di Madinah.
Masjid agung semarang
Arsitektur masjid megah ini ‘berbau’ Jawa, Arab dan Roma. Karena itu, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Agung  Jawa Tengah ini juga merupakan destinasi wisata religi. Banyak yang pergi ke tempat ini untuk mengabadikan arsitekturnya. Selain itu, terdapat satu menara setinggi 99 meter, dinamai Al Husna Tower yang juga disukai pengunjung. Di menara itu, pengunjung bisa ke Museum Kebudayaan Islam di lantai 2 hingga menikmati makanan di restoran berputar di lantai 18. Tersedia juga teropong pandang di lantai 19 jika tertarik melihat pemandangan Semarang.
Tiket masuk menara Al Husna cukup Rp3.000 jika berkunjung sebelum pukul 17.30 WIB. Selewat jam itu, tiket masuk menjadi Rp4.000. Menara terbuka untuk umum, mulai pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB.
Masjid ini terletak di Jalan Gajah. Dari Simpang Lima, pilih Jalan Brigjend Sudiarto lalu terus hingga perempatan Lamper. Belok kiri masuk Jalan Gajah, lalu lurus terus hingga menemukan masjid ini di sisi kiri jalan. Jarang ada angkutan umum melewati masjid ini. Jika tak menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya naik taksi.

http://www.wego.co.id/berita/5-landmark-semarang-yang-penuh-kenangan/