NIKMATI PERJALANANNYA SELAGI NBISA DAN SENIKMAT MUNGKIN

Kota Lama Semarang : Jelajah Kampung Eropa Malam Hari

Kota Lama Semarang : Jelajah Kampung Eropa Malam Hari

 lagi jalan-jalan ke Semarang atau mau mengisi hari libur dengan menikmati keadaan alam tempo dulu.  yuuk, simak. ada apa sih kota Lama Semarang?!

 
  1. Kawasan Kota Lama Semarang
Kota lama Semarang dimulai pertama kali pada abad ke 18 ketika era pemerintahan Hindia Belanda. Hampir sama dengan kota lama-kota lama di berbagai kota besar di sepanjang pulau Jawa seperti Surakarta, Jogjakarta dan Jakarta. Semarang juga memiliki kota lama dimana ketika itu sebagai pusat perekonomian dan budaya masyarakat Jawa Tengah sekaligus menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda yang berada di Jawa Tengah. Pada masanya dahulu beberapa etnis berkumpul menjadi satu di area kota lama Semarang. Dibagian utara yang dipotong oleh Kali Mberok terdapat kawasan kampung melayu yang beragama islam dengan peninggalan berupa Masjid Layur (Masjid Menara) , sementara di sisi barat terdapat kawasan orang Jawa islam dengan dibangunnya Masjid Kauman Semarang.  Sedang disisi selatan, terdapat pemukiman keturunan cina yang berkumpul menjadi satu membentuk kawasan Pecinan Semarang. Sedang bagian dalam Kota Lama terdapat bagunan arsitektur yang bagus, masyarakat menamai dengan gereja Blenduk.
 
 


Kawasan Kota Lama Semarang Malam
Dikawasan kota lama Semarang tak ubahnya kota mati apabila tidak terdapat beberapa titik bisnis seperti Stasiun dan Polder Air Tawang, Pabrik Rokok Praoe Layar, Bank Mandiri, Asuransi Jiwa Sraya dan Ikan bakar Cianjur. Beberapa analisis yang pernah diceritakan, ada beberapa alasan kenapa kota lama Semarang yang menjadi puncak bisnis kota itu di tinggalkan dan berpindah ke kawasan lain di kota Semarang seperti Simpang Lima hingga Peterongan karena beberapa alasan sebagai berikut. Satu, karena kawasan kota lama ketika itu sudah sangat ekslusif terutama pada biaya sewa, sehingga banyak pelaku bisnis yang meninggalkan dan berpindah ke tempat lain. Dua, karena kawasan kota lama Semarang sedikit demi sedikit sudah mulai terpendam sehingga di bawah batas air laut yang menjadikan air sungai tidak bisa hanyut ke laut tapi kembali ke kota (rob) sehingga area 
 kota lama menjadi mudah banjir.
 
 


 
Jalan Glatik Kota Lama Semarang Malam
Dengan segala kelebihan dan kekurangan Kota Lama ternyata kota lama memiliki semua cerita sejarah yang panjang. Namun untuk hal tersebut belum mampu terurai di coretan saat ini. Nah, untuk mencapai kawasan Kota Lama Semarang tidak perlu bingung karena tempat ini mudah di temukan dari arah mana saja. Karena tempatnya berada di tengah-tengah Kota Semarang. Apabila Petualang dimulai dari Demak (kota) silakan ke arah Terminal Terboyo – menuju Jalan Raden Patah –  Kota Lama, waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam.  Apabila dari arah Ungaran silakan Petualang berjalan ke Banyumanik – Peterongan – Jalan MT Haryono – Bundaran Mbubakan – Jalan Cenderawasih – Kota Lama Semarang. Ditempuh dalam waktu sekitar 50 menit.



Stasiun Tawang dan Polder Air Tawang Malam
Untuk Petualang yang berada di jalur barat, silakan menuju Mangkang – Bundaran Kali Banteng (masuk kota) – Bundaran Tugu Muda dan Lawang Sewu – Jalan Pemuda – Pasar Johar (belok kiri jalan terus karena satu arah) – Kota Lama Semarang. Cukup dengan waktu sekitar 45 menit dapat mencapai kawasan kota lama Semarang dengan nyaman. Karena jalur menuju kota lama berada di pusat kota, petualang akan banyak menemukan titik perhentian lalu lintas kota. Sabar saja karena Kota Lama Semarang tak pergi kemana.



Polder Air Tawang Kota Lama Semarang
Titik yang wajib untuk dikunjungi adalah Kawasan Stasiun Tawang dan Polder Air Tawang. Stasiun Tawang yang terletak di Jalan Taman Tawang, dibangun oleh NIS (Nederlandsche Indische Spoorweg Maatscharij), yang diresmikan oleh Gubenur Jenderal Hindia Belanda bernama Baron Sloet Van De Beele. Stasiun ini menggantikan stasiun sebelumnya dibangun pada 16 Juni 1864 sampai dengan 10 Februari 1870 yang melayani jalur Semarang – Jogja – Solo. Arsitek gedung ini adalah JP De Bordes. Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Bangunan ini mempunyai gaya arsitektur yang Indische yang sesuai dengan kondisi daerah tropis. Sedang Polder air Tawang di bangun untuk menjadi pusat pembuangan air dari kawasan sekitarnya lalu di alirkan ke laut untuk mengurangi ROB. Polder Tawang ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan karena kondisinya yang tidak nyaman dan berbau busuk. Namun saat ini, Polder Air Tawang sudah bagus dan menggagumkan untuk di kunjungi.



Pesimpangan Kota Lama Semarang Malam
Disekitar Kawasan Polder terdapat pabrik rokok Praoe Lajar (Prau Layar) yang sudah lama beroperasi sampai sekarang. Pabrik rokok yang dibanguan jaman Hindia Belanda ini menempati sebuah gedung tua di Jalan Merak kawasan kota Lama. Pabrik rokok ini masih beroperasi hingga kini. Bisa jadi sebagian Petualang belum pernah melihat bentuk rokoknya, kerena persaingan yang ketat di dunia tembakau sehingga pemasaran tidak sebanyak perusahan tembakau lainnya.



Kali Mberok Johar pabrik rokok prau layar
Selanjutnya menuju kawasan tengah Kota Lama yang berada di persimpangan perempatan Jalan Glatik, Jalan Garuda dan Jalan Jend Soeprapto.  Persimpangan ini cocok untuk berfoto ria dan mengabadikan tentang kota lama. Kondisinya yang bersih dan ramai sehingga aman leluasa untuk santai dan melakukan aktivitas lain lain. Ada taman dan tempat duduk di sekitar persimpangan tersebut, hanya berjalan kaki beberapa meter. Beberapa lampu menerangi setiap sudut jalan, nampak semakin indah dan menyenangkan. Beberapa kuliner tersedia seperti sego kucing (nasi bungkus), nasi goreng dan ikan bakar Cianjur serta beberapa menu lainya.



Gereja Blenduk Kota Lama Semarang
Petualang bisa melanjutkan berjalanan ke arah barat sekitar 10 meter, maka akan menemukan bagunan kuno yang sampai hari ini masih digunakan yaitu gereja Blenduk. Bagunan ini juga salah satu icon kota semarang selain Masjid Agung Jawa Tengah, Tugu Muda dan Lawang Sewu. Bangunan ini berusia lebih dari 200 tahun dan masih kokoh berdiri. Masyarakat menamai dengan kata Blenduk karena dibagian atas ( menara)  dan sebuah kubah besar berbentuk setengah bola, orang jawa menyebutnya Mblenduk (mengembang ke atas). Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753, digunakan untuk gereja Nederlandsche Indische Kerk. Gedung telah mengalami beberapa kali renovasi hingga nampak seperti saat ini. Perancang bangunan ini adalah De Wilder dan W. Westamas.



Jalan Kota Lama Semarang ke Kali Mberok
Jika di tarik garis lurus dari perempatan jalan Glatik melewati Blenduk ke arah barat menuju Kali Mberok (Pasar Johar) maka akan ditemukan keindahan sisi lain dari kota lama Semarang. Karena jalan ini adalah salah satu titik kawasan yang benar-benar terawat dibandingkan dengan jalan jalan yang lain di sekitar Kota Lama Semarang. Petualang bisa melanjutkan menuju jembatan Kali Mberok. Jembatan ini dibangun sekitar tahun 1705. Mberok dalam pelafalan lidah Belanda sebenarnya adalah Burg (jembatan), karena kebanyakan orang jawa sulit untuk melafaskan dalam bahasa Belanda.



Kota Lama Semarang Di malam hari
Beberapa tempat yang bisa dikunjugi di dekat Kota Lama adalah Masjid Tua kota Semarang  seperti Masjid Menara yang berada di jalan Layur kampung melayu dan Masjid Besar Kauman yang terletak di Jalan Alun-alun Kota Semarang Tempo dulu. Jangan lupa untuk berbelanja batik atau keperluan lainnya di Pasar Johar. Jangan malu-malu untuk menawar harga, dengan uang sedikit Petualang bisa mendapatkan barang yang lumayan

 https://coretanpetualang.wordpress.com/2011/03/03/kota-lama-semarang-jelajah-kampung-eropa-malam-hari/#comment-1498

Lebih Dekat Dengan Semarang : Catatan Sejarah Kebudayaan Semarang Tempo Dulu

Lebih Dekat Dengan Semarang : Catatan Sejarah Kebudayaan Semarang Tempo Dulu.

Kota Semarang merupakan ibu kota Propinsi Jawa Tengah yang terletak disebelah utara pulau Jawa, secara geografis kota Semarang bersebelahan dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten Ungaran di sebelah selatan dan sebelah timur terdapat Kabupaten Demak. Luas kota Semarang hanya sekitar 373,67 km. Dihuni sekitar 1,3 juta jiwa yang beraneka ragam budaya dan kekhasan masing-masing. Berkembang beberapa suku seperti Jawa, Tionghua dan Arab, serta memiliki budaya yang menarik yang merupakan perpaduan budaya-budaya yang dahulunya merupakan cikal-bakal Semarang. Merujuk pada bangunan sejarah dan nama-nama tempat di kota Semarang, maka kebudayaan yang pada saat lalu berkembang seperti Islam, Tionghua, Eropa dan Jawa (pribumi). Keempat kebudayaan tersebut berbaur yang berpengaruh penting pada perkembangan Semarang tempo dulu. Sisa kebudayaan tersebut masih berdiri dengan kokoh diterpa budaya modern yang berada disekitar Pasar Johar (Kali mberok).
Sejarah Semarang lama mencatat bahwa terdapat tempat-tempat yang menjadi pusat peradaban budaya yang saat ini masih eksis dan sebagian hanya tinggal kenangan (bangunan tua). Tempat tersebut dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : Kampung Kauman, Kampung Pecinan, Kampung Belanda ( Little Netherland), dan Kampung Melayu. Kampung Kauman pada tempo doeloe merupakan kawasan padat penduduk keturunan jawa, sekarang keturunan Arab juga banyak. Kampung Pecinan dihuni sebagian besar oleh keturunan Tionghua dan Kampung Belanda merupakan daerah pemerintahan dan kota kecil yang sekarang disebut dengan  Semarang Kota Lama. Sementara Kampung Melayu lebih banyak keturunan Arab, dan pada saat ini masyarakat Jawa lebih banyak berada di daerah kampung melayu.
Tulisan terdahulu tentang Sejarah Kali Mberok, Kawasan Kota Lama dan Masjid-Masjid Lama di Kota Semarang mencatat bahwa keempat kebudayaan tersebut menyatu dan saling berkaitan. Melihat bentuk tata kota Semarang pada zaman sekarang maka sebenarnya masih nampak sedikit berkumpulnya kebudayaan-kebudayaan yang berbeda di Semarang. Sebagai titik sentral adalah jembatan kali mberok, maka kampung melayu berada disebelah utara yang terdapat jalan Layur dan Masjid Menara. Sementara Litte Netherland berada di sebelah timur yang sekarang menjadi Kawasan Kota Lama dan berjajar gedung-gedung Pemerintah Belanda ke arah barat hingga ke Bundaran Tugu Muda. Sementara di sebelah barat kali mberok merupakan kawasan etnis jawa yang disebut dengan Kauman. Masyarakat Tionghua lebih banyak berkumpul diselatan kali mberok yang sekarang menjadi kawasan pecinan.
KAUMAN…
Kauman atau kampung Kauman secara legendaris merupakan kaum yang dihuni oleh masyarakat Jawa yang lebih cenderung religi beragama Islam. Ciri khas utamanya adalah banyaknya Santri yang merupakan pusat Semarang tempo dulu. Bangunan yang masih kokoh berdiri adalah Masjid Agung Semarang Kauman. Sebagai pusat peradaban Islam, maka Kauman sangat berperan penting dalam perkembangan Kota Semarang seperti saat ini. Penduduk yang padat menjadi poin tersendiri bagi kebudayaan Jawa yang direpresentasikan dalam Kampung Kauman. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Kauman? Dalam berbagai literasi sejarah jawa, Kauman sering disemayamkan pada kota-kota lama yang bernafaskan Islam. Tidak hanya di Semarang, di Surakarta, Jogjakarta, Demak terdapat tempat yang bernama Kauman. Karena pada era dulu,  Kauman merupakan ciri khas kebudayaan Jawa yang lebih dekat dengan agama Islam. Ciri khas utama Kauman adalah adanya Masjid Wali, bundaran Alun-alun, pusat pemerintahan dan pasar tradisional. Walaupun rumus tersebut tidak harus sama.
Keempat pilar utama tersebut yang menjadikan pencirikhasan Kauman. Masjid sebagai tempat ibadah, Bundaran Alun-alun sebegai saran sosial masyarakat dan pemerintah, Pasar Tradisional sebagai pusat bisnis dan kebutuhan sehari-hari, dan pusat pemerintahan merupakan komponen pengatur regulasi yang diterjemahkan kedalam peraturan (fatwa). Nah, kembali ke Kawasan Kauman Semarang, sejarah menulis bahwa kawasan Kauman Semarang muncul ketika kerajaan Demak Bintoro (bintara) berdiri yang merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Nama Kauman sendiri berasal dari kata kaum sing aman (kaum = qoum = tempat tinggal orang Islam). Jadi Kauman bisa bermakna tempat tinggal masyarakat Islam yang aman.
Ketika kerajaa Demak Bintoro sudah berdiri kokoh, maka untuk mempersatukan Demak dengan wilayah sekitarnya perlunya birokrasi pemerintahan yang bisa mengaturnya, salah satu tokoh yang memengang peran penting adalah Ki Ageng Pandan Arang I . Ki Ageng Pandan Arang merupakan putra dari Panembahan Sabrang Lor (Sultan Kedua dari Kesultanan Demak), pada awal babat alas diwilayah Semarang sebenarnya wilayah yang dituju disekitar Pragota (sekarang bernama Bergota). Namun kemudian zaman berkembang, maka Ki Ageng Pandan Arang kemudian juga menyebarkan Islam dan wilayahnya hingga Pedamaran (sekarang jalan Pedamaran yang berada di wilayah Semarang Tengah dan masih ada Pasar Pedamaran – berkembang lagi menjadi pasar Yaik dan Johar). Perkembangan tidak hanya sampai pusat ekonomi, namun juga pusat religi dengan membangun Masjid yang berada disebelah barat kali mberok yang sekarang bernama Masjid Agung Kauman Semarang.
Setelah Ki Ageng Pandan Arang I wafat, maka posisi pemerintah diserahkan pada anaknya yang bermana Pangeran Mangkubumi (atau disebut juga Ki Ageng Pandanaran II – Sunan Bayat). Pada tahun 1695, kawasan kota lama Semarang dihuni oleh beragam etnis yang bertujuan untuk melakukan perdagangan dan ekspansi wilayah. Ekspansi wilayah dilakukan oleh orang-orang Eropa (Belanda) yang ikut berkembang di Kawasan Kota Lama. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda membangun kawasan elit dan perkantoran yang berjajar dari bundaran Bubakan hingga Bundaran Tugu Muda. Kemudian ada istilah yang membagi wilayah menjadi dua yaitu gedongan bagi kawasan elit Hindia Belanda dan Perkampungan bagi warga pribumi. Nah, kawasan perkampungan ini sekarang dikenal sebagai kampung pecinan, melayu dan kauman (Kalau bisa di katakan sebenarnya inilah kawasan kota lama sesunguhnya).
PECINAN…
Pecinan merupakan sebutan bagi masyarakat tionghua dan keturunannya yang hidup berkemlompok menjadi satu wilayah. Pada awalnya orang Tionghua bertempat di  Kota Lama, sebenarnya mereka hidup dan bertempat tinggal di Little Netherland yang berada di Kawasan Kota Lama. Namun pada tahun 1695 pemerintah Hindia Belanda secara tidak langsung membatasi akses masyarakat Tionghua hingga akhirnya berpindah di sekitar kawasan kampung Melayu. Namun karena nilai ekonomis dan budaya, orang-orang tionghua lebih banyak berkembang di sekitar selatan Kauman. Perkembangan masyarakat tionghua semakin banyak dan kemudian mendirikan kawasan dan rumah-rumah sendiri yang dibuat dengan atap genting dan pagar-pagar tinggi. Rumah-rumah masyarakat tionghua pertama kali berada di sekitar Pecinan Lor dan Wetan. Karena membutuhkan biaya tinggi dan berbagai syarat yang tidak mudah dalam mendirikan rumah, maka ketika itu hanya orang-orang tionghua yang kaya saja yang bisa membangun rumah.
Kondisi jalan yang tidak terlalu lebar seperti sekarang, membuat masyarakat Tionghua menciptakan sebuah moda transportasi dengan memakai tenaga kuda yang disebut dengan Be Too. Masyarakat Tionghua lebih banyak melakukan aktivitas perdangangan yang berasal dari Cina (Tiongkok) seperti perhiasan, sutra, keramik dan lain sebagainya. Hingga sekarang, perdangangan tersebut masih banyak bergerak di kawasan pecinan. Misalnya kawasan perhiasan dan kain yang berada di Jalan Wahid Hasyim. Poin yang menjadi titik kebangkitan orang Tionghua di Semarang adalah ketika Pemerintah Hindia Belanda mulai mendekati orang-orang Tionghua yang sukses. Salah satunya dengan mengangkat orang Tionghua menjadi pejabat di kantor-kantor pemerintah Hindia Belanda. Kwee Kiau Loo adalah orang Tionghua pertama yang menjadi pejabat Hindia Belanda.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, ketika Semarang secara de yure diserahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda yang dikuasai oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie – Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) oleh Susuhunan Mataram maka beradaan masyarakat Tionghua sedikit menjadi bergoyah. Salah satunya dengan memberikan pajak tinggi terhadap barang dagangan yang dikelola olah orang Tionghua seperti arak dan garam. Walapun begitu, pajak yang dikenakan justru merupakan sumbangan tinggi bagi  keberadaan Semarang pada masa lalu.  Dalam bidang perdagangan, orang Tionghua di Semarang memiliki peranan yang besar karena adanya pendapatan masuk ke kas pemerintah Hindia Belanda dari faktor pajak dan cukai.
Pada masa itu, banyak orang Tionghua yang menjadi kepala kapal (syahbandar) karena memang, perdagangan ekspor dan impor dilakukan dengan jalur laut pelabuhan Semarang. Sehingga ada istilah yang mengatakan ada banyak bandar di kawasan pecinan, sampai sekarang penamaan bandar bisa di temukan di sekitar kawasan pecinan yang bernama Jalan Subandaran. Selain berperan dalam pendapatan dari cukai dan pajak, orang Tionghua juga berperan dalam mendirikan beberapa pabrik-pabrik kecil yang bisa menjadi tempat mata pencaharian penduduk lain.
KAMPUNG EROPA (LITTLE NETHERLAND)
Kampung Eropa atau Little Netherland merupakan sebutan untuk wilayah yang dihuni oleh orang-orang Belanda. Kawasan yang lebih umum disebut dengan Kota Lama Semarang ini mulai berkembang pada tahun 1741. Pada awal mula, kawasan eropa ini hanya berupa gedung perkantoran, gudang, namun kemudian berkembang menjadi pusat budaya dan perdagangan dengan banyaknya bermunculan hotel, perumahan elit dan beberapa bangunan lain. Ciri mendasar dari sebuah kampung Eropa adalah desian gedung dengan arsitektur model art deco. Bangunan yang masih terawat seperti Bangunan Lawang Sewu yang merupakan bekas perkantoran bagi perusahaan Kereta Api Hindia Belanda atau NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij). Orang Belanda yang bermukim di Semarang tidaklah sebanyak orang Tinghua, namun mereka menguasa segala akses pemerintahan dan perdanganan sehingga lebih mudah melakukan pertukaran budaya.
Kawasan perumahan kaum elit dibuat sedemikian rupa (kawasan gereja blenduk), membuat akses jalan darat seperti jalan Deandels dan Jalur kereta api yang menghubungkan antara SemarangSurakartaJogjakarta dan Ambarawa. Peranan penting yang bisa telihat adalah adanya transportasi perkeretaapian yang bagus yang merupakan cikal-bakal seluruh jalur kereta api di Indonesia. Karena memang, Trans Kereta Api Semarang – Tanggung (Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah) yang dibuat pada tahun 1867 merupakan jalur kereta api yang pertama di Indonesia. Selain membangun sarana transportasi, orang Belanda juga membuat akses semakin mudah dari kota ke kota di jawa tengah dimulai dari Semarang, walaupun banyak masyarakat pribumi yang menjadi tidak nyaman karena adanya tanam paksa dan rodi.
Dua (2) bangunan yang sekarang menjadi icon Semarang merupakan peninggalan orang eropa dimasanya yaitu Lawang Sewu dan Gerejo Blenduk. Sementara Stasiun dan Polder tawang merupakan sarana yang dibuat untuk mempermudah akses perdagangan.
KAMPUNG MELAYU…
Kampung melayu Semarang merupakan perkampungan yang dihuni oleh etnis keturunan Arab dan sebagian dari orang Tionghua. Keberagaman ini kemudian yang menjadikan penaman dari Melayu. Saat ini kampung melayu bisa di lihat di sekitar jalan Layur, dimana dijalan tersebut berdiri masjid lama yang disebut dengan Masjid Menara. Karena memang terdapat menara yang berfungsi sebagai tempat adzan. Namun saat ini keberadaan orang-orang Arab dan Tionghua di jalan layur dapat dikatakan hampir tidak ada. Hal utama yang menyebabkan karena adanya aliran air sungai (rob) yang tidak lancar. Sehingga mudah terjadi banjir rob, menjadikan jalanan menjadi kotor sehingga nampak kumuh. Persoalan inilah yang hingga saat ini menjadi masalah utama Pemerintah Kota Semarang yang belum ada titik terang kapan bisa terselesaikan.
Sebagai gambaran sederhana dari kampung melayu adalah keberagaman budaya yang nampak dari bangunan rumah. Bangunan rumah yang disesuaikan dengan kekhasan etnis seperti ornamen kaligrafi bagi masyarakat arab. Sisa bangunan yang bisa dilihat dari kampung melayu di Semarang adalah Masjid Menara dan Klenteng yang saat ini ada di kawasan Pecinan.

 https://coretanpetualang.wordpress.com/2011/09/23/lebih-dekat-dengan-semarang-catatan-sejarah-kebudayaan-semarang-tempo-dulu/
liburadalah hal yang didambakan oleh semua. suatu momen berkumpul dengan keluarga, teman dan kolega. nah.. terkadang kita lupa bagaimana untuk mengisi hari libur itu dengan hal yang baik atau liburan menjadi nggak gariing. nah simak aja dengan baik.. :)

1. Museum
Anda bisa mencoba mengunjungi museum-museum yang tersebar di daerah Anda. Di Jakarta misalnya, ada banyak museum yang bisa dikunjungi. Meskipun kondisi museum nya mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan museum di luarnegeri, tetapi yang penting adalah apa yang akan Anda pelajari. Di luar negeri, pergi ke museum adalah hal wajib dan bahkan menjadi PR dari sekolah. Namun di Indonesia, hal ini masih belum menjadi kebiasaan.
2. Art Gallery
Cobalah ke galeri lukisan, atau foto dan pastikan Anda punya informasi mengenai apa yang akan Anda lihat, sehingga bisa menjawab pertanyaan anak-anak Anda. Jika ada sesi workshop untuk anak-anak, akan lebih baik. Atau, Anda bisa berkreasi sendiri membuat workshop di rumah.
3. Holiday Program
Biasanya beberapa sekolah menawarkan program liburan yang rekreatif selama 1 atau 2 minggu. Anda bisa mencoba sekolah-sekolah yang justru bukan tempat sekolah anak Anda saat ini, supaya anak Anda belajar cepat berinteraksi dengan orang baru dan sekaligus mencegah ketergantungan berada di dalam lingkungan yang sudah dikenal.
4. Kebun Binatang
Berikan informasi tambahan terkait binatang tersebut.
5. Bercocok tanam dan beternak.
Banyak tempat bermain yang sudah menawarkan hal ini di area bermainnya.Jika tidak ada dana, coba di halaman rumah sendiri saja. Anda juga bisa mencoba memelihara binatang bersama dan mencari tahu bagaimana cara memeliharanya. Kura-kura kecil, ikan kecil, atau binatang lain.
6. Outbond
Gali rasa berani dan mandiri anak lewat outing bersama keluarga, kemping, ke pantai, ke gunung, coba hal-hal baru dan jelaskan banyak hal. Gali juga perasaan anak Anda terkait pengalaman ini.
7. Wisata kuliner
Coba masakan baru dan jelaskan cara membuatnya. Atau, Anda bisa memasak bersama di rumah, masakan yang baru Anda temukan di sebuah tempat atau internet.
8. Olahraga
Apapun olahraganya, hal ini bisa menstimulasi anak untuk lebih kreatif, sportif dan sehat jiwa dan raga.
9. Berkunjung ke Panti Asuhan.
Cari tahu apakah program home-stay di panti Asuhan bisa dilakukan. Ini untuk menggali dan meningkatkan empati anak-anak Anda terhadap orang lain dan lingkungan.
10. Berkunjung ke rumah nenek, saudara, teman atau keluarga.
Sederhana, tetapi intinya, biarkan anak membaur dengan pemilik rumah dan mendapatkan cerita-cerita baru dari mereka.

jangan sia siakan liburan hanya dengan tidur dan nonton Tv saja. olahraga adalah salah satu hal yang menyenangkan dikala liburan datang.